Sejarah Banten - RAJA BANTEN DIKAWAL 850 WANITA - Menurut sejarah cerita rakyat banten yang bersumber dari Babad Banten, danau Tasikardi yang letaknya sekitar 2 km dari keraton Surosowan dahulu menjadi tempat rekreasi para Sultan Banten. Taman air yang dibangun abad 17 itu katanya tempat Sultan bersenang-senang dengan para selirnya yang berjumlah 40 orang. Agar lokasi itu aman dan nyaman, Sultan sengaja membangun tempat peristirahatan itu di pulau di tengah danau. Untuk mencapai pulau tersebut setiap pengunjung harus menggunakan perahu pesiar yang khusus dibuat untuk keluarga Sultan atau tamu negara.
Danau buatan yang luasnya 20 hektar itu selalu dijaga ketat oleh para pengawal keraton. Bahkan puluhan buaya sengaja dipelihara di danau itu untuk menjamin pengamanan di sekitar Tasikardi.
Sekarang danau itu menjadi salah satu obyek wisata banten yang menarik. Setiap wisatawan yang berkunjung ke komplek peninggalan purbakala Banten Lama selalu menyempatkan diri melihat-lihat bekas peninggalan sejarah itu. Tetapi sayangnya bangunan vila yang indah kini tinggal pondasinya saja. Namun pengunjung masih bisa menyaksikan bekas pemandian keluarga keraton yang berada di bawah permukaan tanah. Bangunan itu tampak masih utuh.
Menurut para arkeolog yang meneliti di sana , kehadiran Tasikardi mempunyai fungsi ganda. Selain sebagai tempat rekreasi juga berfungsi sebagai waduk pengatur air untuk irigasi dan air bersih buat kebutuhan keraton.
Situs purbakala itu penting bagi arkeolog untuk meneliti sistem irigasi zaman dahulu. Demikian pula tentang sistem penjernihan air yang menggunakan saluran pipa terekota dan saringan air.
Ternyata penjernihan air pada zaman itu sudah mengenal sistem penyaringan menggunakan filter yang disebut pengindelan abang dan pengindelan putih. Air yang masih kotor berwarna merah disaring terlebih dahulu di filter pertama, kemudian disaring lagi pada filter kedua. Setelah melalui dua kali proses penyaringan, air yang sudah bersih itu disalurkan ke dalam komplek keraton. Sedangkan kelebihannnya disalurkan ke sawah-sawah yang berada di sekitar danau, hingga menjamin panen padi setahun dua kali.
Bangunan tempat peristirahatan yang berada di pulau disebut bale kambang. Menurut data sejarah tempat itu pernah dijadikan tempat perundingan antara Sultan Muhamad Syifa Zainul Arifin dengan Gubernur Jenderal Belanda bernama De Bruyn tahun 1706.
Laporan yang ditulis tamu yangberkunjung ke Banten itu ditemukan dalam kubu "Verre reizen near de Oost" Cornelis de Bruyn (1652-1762) yang disimpan di museumLondon .
Laporan yang ditulis tamu yangberkunjung ke Banten itu ditemukan dalam kubu "Verre reizen near de Oost" Cornelis de Bruyn (1652-1762) yang disimpan di museum
Buku tersebut melukiskan pengalaman menarik kunjungan keliling Eropa dan Asia yang diterbitkan dalam dua karya bergambar dan teksnya ditulis orang lain. Fragmen kunjungan itu diperkirakan ditulis pengarang David van Hoogstraten. De Bruyn waktu kunjungan ke Banten rupanya diterima sebagai tamu kehormatan di Tasikardi.
la katanya diterima di meja makan, hidangannya berupa kue-kue, buah-buahan dan makanan kecil. Kemudian nasi pilau yang panas lengkap dengan bumbunya. Mungkin yang dimaksud nasi samin. Lalu bermacam-macam makanan lain.
Yang aneh katanya, ada piring besar yang penuh dengan makanan seperti tepung. Tampaknya seperti buah peer, bentuknya agak gepeng, enak dan rasanya asam manis. Mungkin yang dimaksud empek-empek, karena waktu itu kerja sama dengan Palembang telah terjalin dengan baik.
Dalam laporan orang asing itu juga disebutkan mereka minum dari ceret yang bentuknya seperti pot bunga. Lalu ada pula ceret lain untuk cuci tangan yang diletakkan dekat meja makan.
Mereka dilayani kaum wanita, ada yang memegang bedil dan yang lain dipersenjatai tombak. Raja katanya waktu itu memiliki isteri tiga orang dengan 850 wanita sebagai pengawal istana.
Asal Mula Banten - Sejarah Banten , Cerita Rakyat Banten
Logo Banten - Lambang Pemerintahan Banten
Banten Letak Geografis - Tata letak Banten, Luas Banten
Comments