BANDARA BANTEN sebagai pelabuhan niaga mulai maju setelah penguasa Islam berdiri. Sebelumnya ketika masih menjadi bagian kekuasaan Pajajaran dengan pusat pemerintahan di Banten Girang, belum dikenal luas di kalangan pedagang. Namun setelah Sunan Gunung Jati menaklukan daerah ini menetapkan Susosowan sebagai Ibukota Kerajaan Islam di Banten.
Hijrahnya pusat pemerintahan dari Banten Girang ke Banten Lama lk.13 km dilihat dari segi politik dan ekonomi lebih menguntungkan. Dengan perpindahan itu akan memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda. Situasi masa ini berkaitan dengan keadaan politik di Asia Tenggara dimana Malaka jatuh ke tangan Portugis. Pedagang muslim yang enggan berhubungan dengan Portugis pindah mencari pelabuhan lain yang dikuasai Islam.
Mereka lalu mengalihkan jalur perdagangannya ke Bandar Banten sehingga pelabuhan ini menjadi pelabuhan internasional yang banyak dikunjungi kapal-kapal dagang dari Arab, Persia, Gujarat, Birma, Cina, Perancis, Inggris dan Belanda. Semua barang-barang yang berasal dari luar negeri bisa diperoleh di Banten. Disamping pedagang luar negeri yang datang ke Banten, juga pedagang-pedagang dari peloksok nusantara.
Catatan tertua tentang Banten berikut pelabuhan dan pasarnya ditulis Cornelis de Houtman yang mengatakan kota Banten sama lusnya dengan kota Amsterdam, Belanda. Padahal Kota Amsterdam di masa itu sudah merupakan pelabuhan terpenting di Eropa. Sketsa tentang Kota Banten tahun 1596 memiliki keraton, mesjid dan pasar.
Andri priana - pawacipta
Comments