Skip to main content

Banten Lama

Banten Lama - Kompleks peninggalan sejarah dan purbakala Banten Lama yang terletak 10 km di sebelah utara Serang, termasuk salah satu objek wisata yang paling banyak  dikunjungi wisatawan. Setiap tahun tidak kurang dari 10 juta orang berkunjung ke objek wisata tersebut.
Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke objek wisata bekas peninggalan Kesultanan Banten adalah wisatawan nusantara yang datang dari berbagai peloksok tanah air. Pada umumnya datang dengan rombongan besar sebagai peziarah sebelum melanjutkan perjalanan ke objek wisata lain yang banyak terdapat di sepanjang pantai Selat Sunda.
            Di antaranya tak sedikit pelajar, mahasiswa dan ilmuwan yang berkunjung sebagai wisatawan peneliti melihat-lihat situs purbakala yang berserakan di atas lahan seluas 400 ha. Termasuk pula wisatawan mancanegara yang tertarik akan kebesaran masa lampau raja-raja di Banten yang pernah mengirim duta besarnya ke Inggris pada abad ke-XVII.
            Di antara objek wisata yang terdapat di kompleks Banten Lama, antara lain:
  • Mesjid Agung Banten
          Dalam kompleks bangunan ini terdapat ruang utama mesjid dengan serambi yang penuh dengan makam keluarga raja, bangunan Tiamah, menara dan kompleks makam di sisi sebelah utara.
            Bangunan Mesjid Agung ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin sekitar pertengahan abad XVI yang disempurnakan puteranya Sultan Maulana Yusuf.
            Seperti bangunan mesjid lainnya, bangunan mesjid ini berdenah segi empat. Atapnya bersusun lima berbentuk limas terbuat dari genteng. Dalam serambi kiri mesjid terdapat makam raja, keluarganya dan kerabat dekatnya. Antara lain, Sultan Maulana Hasanuddin dengan permaisurinya, Sultan Abdul Fathi Abdul Fatah atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Maulana Muhammad Nazarudin, Sultan Abdul Fadhal dengan permaisurinya dan Sultan Haji Abunasr Abdul Kohar.
            Sedangkan di serambi sebelah kanan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abiddin, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah dan Ratu Masmudah.
            Bangunan Tiamah berlantai dua merupakan bangunan tambahan bercorak arsitektur Eropa. Dibangun oleh Hendrick Lucas Cardeel, seorang bangsa Belanda yang masuk Islam diberi gelar Pangeran Wiraguna. Dahulu bangunan ini digunakan untuk pertemuan para ulama.
            Menara mesjid yang terletak di halaman muka bangunan utama dirancang dan dibangun oleh Hendrick Lucas Cardel. Tinggi bangunan 30 m dengan garis tengah 5 m. Kompleks makam di halaman muka sebelah kiri terdiri dari keluarga dan kerabat Sultan Banten. Di antaranya terdapat makam seorang panglima perang terkenal yang diberi gelar Pangeran Gula Gesang.
            Kompleks bangunan Mesjid Agung Banten termasuk satu di antara sekian banyak sisa peninggalan Kerajaan Islam di Banten yang masih utuh. Sedangkan bangunan yang lain sudah hancur akibat pertempuran melawan Belanda awal abad ke-XIX.

  • Keraton Surosowan
            Keraton ini terletak di bagian selatan alun-alun. Lokasinya  hampir berhadapan dengan Mesjid Agung Banten di sebelah kanan. Keraton Surosowan adalah tempat kediaman resmi Sultan yang memerintah di Banten yang dijuluki Fort Diamont.
            Kondisi keraton saat ini sudah hancur, yang tampak hanya sisa bangunan pondasi dan tembok dinding yang hancur. Pada masa pemerintahan Sujltan Haji (1680-1681) keraton ini pernah dibangun kembali oleh Hendrick Lucas Cardeel, arsitek Belanda pelarian dari Batavia yang mengabdi kepada Sultan. Dia membangun kembali keraton yang hancur akibat perang saudara di atas puing-puing reruntuhan keraton peninggalan Sultan Ageng Tirtayasa. Kemudian keraton hasil renovasi itu dinamakan Pakuan.
            Ketika Belanda menyerbu ke Banten, keraton tersebut dihancurkan kembali hingga rata dengan tanah, seperti yang bisa disaksikan sekarang.
            Pintu gerbang keraton terletak di sebelah utara benteng dan sisi benteng sebelah timur. Pada bagian sudut benteng terdapat bagian  tembok yang menjorok ke luar disebut bation. Sedang pada  setiap sisi sudut bagian dalam terdapat pintu masuk ke dalam ruang yang terdapat  pada tembok benteng tersebut.
            Semula benteng ini dikelilingi parit, tetapi sekarang tinggal tersissa di bagian barat dan selatan. Pada bagian tengah keraton terdapat tempat pemandian yang disebut Pancuran Mas dan Kolam Loro Denok, yaitu tempat pemandian keluarga raja dan tempat menyimpan harta kekayaan kerajaan. Airnya diperoleh dari Tasikardi yang disalurkan melalui pipa terekota yang terbuat dari tanah liat.
            Menurut Babad Banten, keraton dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570). Sedang tembok benteng seluas lk.4,5 ha dibangun oleh puteranya Sultan Maulana Yusuf (1570-1580). Semula tanpa dilapisi tembok, tetapi setelah datang Hendrick Lucas Cardeel seluruh benteng dilapisi tembok batu karang di bagian luar. Hingga benteng tampak kuat dan kokoh.

  • Keraton Kaibon
          Keraton Kaibon terletak di Kampung Kroya. Lokasinya terletak dekat jembatan kanal kali Cibanten, jalan menuju pusat kota Banten Lama. Keraton Kaibon (Ka-Ibu-an tempat ibu) adalah bekas kediaman Sultan Syarifuddin, salah seorang Sultan Banten yang pernah memerintah di Kesultanan Banten pada tahun 1809. Sultan ini meninggal tahun 1815.
            Keraton ini memiliki sebuah pintu gapura besar yang disebut “Pintu Dalem”. Di pintu gerbang sebelah barat menuju ke mesjid terdapat sebuah tembok besar yang kini dipayungi sebuah pohon beringin besar dan tinggi. Pada tembok tersebut terdapat 5 buah pintu yang dibuat dengan corak arsitektur Jawa dan Bali. Ukuran tembok itu panjang 80 m dengan tinggi 2 m.
            Pintu gerbang menuju ke keraton dahulu dibuat dari kayu yang kini sudah hilang. Dan temboknya dilubangi seperti museum mirip tembok gaya Eropa. Bangunan dekat sungai terdapat pula sebuah pintu masuk ke halaman dalam dengan bentuk yang sama. Pintunya berbentuk seperti bususr yang mengingatkan bangunan gaya aristektur Eropa. Dan dekat pintu sebelah timur terdpat puing-puing reruntuhan abad XVI.
            Dekat Kampung Kroya, dekat jalan raya terdapat pula puing bangunan dari sebuah pintu yang terbuat dari batu. Pintu tersebut berhubungan dengan jalan masuk ke keraton yang disebut “Pintu Gapura”.

  • Tasikardi
         
            Tasikardi yang berarti danau terletak 3 km di sebelah selatan Mesjid Agung Banten. Danau buatan ini luasnya 5,5 ha berbetuk empat persegi panjang dengan sebuah pulau di tengah seluas 500 m2.
            Danau ini dibangun dengan lantai dari bata merah memiliki 3 fungsi, yaitu sebagai tempat rekreasi keluarga raja; kedua sebagai waduk penampungan air buat irigasi pertanian dan ketiga sebagai sumber air bersih keraton.
            Sistem penjernihan air pada masa itu menggunakan pipa air yang terbuat dari terekota melalui 2 buah tempat penjernihan air (filter) yang disebut Pengindelan Abang dan Pengindelan Putih.
            Objek wisata peninggalan Sultan Banten ini kini telah direnovasi dan dijadikan tempat rekreasi keluarga. Wisatawan bisa berlayar ke pulau dengan perahu melihat-lihat bekas bangunan kuno tempat peristirahatan raja dan tempat pemandiannya.
            Menurut cerita rakyat yang berkembang, dahulu pulau yang terletak di tengah-tengah danau merupakan tempat tinggal selir Sultan Banten. Mereka di tempatkan di pulau itu agar aman, sebab di danau itu dipelihara buaya.

  • Mesjid Pacinan Tinggi
          Mesjid ini dibangun di sisi jalan raya menuju Tasikardi dari arah Mesjid Agung Banten. Disebut Mesjid Pacinan Tinggi, karena dahulu tempat ibadah ini berada dekat perkampungan Cina.
            Mesjid ini dibangun oleh Syarif Hidayatullah, kemudian disempurnakan puteranya Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah dibangun Mesjid Agung Banten, mesjid ini tidak difungsikan lagi dan dibiarkan runtuh. Hingga sekarang tinggal bangunan michrobnya saja dengan sisa bangunan induk dan pintu gerbang yang terbuat dari batu karang serta bata merah.

  • Benteng Speelwijk
            Benteng ini terletak di sebelah utara keraton Surosowan dekat pantai tak jauh dari Kampung Pamarican dan Pabean. Nama lengkap benteng ini Fort Speelwijk, nama yang diberikan untuk menghormati Gubernur Jenderal Cornelis Jansz Speelman yang memerintah pada tahun 1681-1684).
            Benteng yang luasnya sekitar 1,5 ha itu menurut data sejarah dibangun pada tahun 1685 untuk kepentingan dagang Kompeni Belanda. Seluruh bangunan rampung dikerjakan pada tahun 1686, setelah Hendrick Lucas Cardeel turut menangani pekerjaan akhirnya.
            Penduduk setempat menyebut benteng ini sebagai benteng Potugis, hingga timbul tanda tanya benarkah benteng ini bekas Portugis yang kemudian dilanjutkan pembangunannya oleh Belanda? Tetapi yang jelas menurut catatan Craaft, benteng tersebut dibangun tepat berada pada tembok dinding batas kota Banten Lama.

  • Mesjid Koja
            Mesjid yang kini tinggal reruntuhannya terletak di sebelah selatan jalan menuju Karangantu. Disebut Mesjid Koja karena dahulu terletak dekat perkampungan Koja, tempat tinggal bangsa Arab dan Persia.
            Menurut catatan sejarah dahulu tempat ini dihuni banyak orang India, Jepang, Cina, Gujarat sebagai pedagang yang membawa produksi negerinya.

  • Meriam Ki Amuk
            Meriam besar yang sampai sekarang  masih dianggap bertuah di tempatkan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Dahulu berada di kanal Karangantu menghadap ke laut. Di atas bagian moncongnya terdapat prasasti yang bertuliskan huruf Arab yang berbunyi Aqibatul Khoirrissalamatuli Iman.
            Menurut KC Cruq yang telah melakukan penelitian terhadap meriam-meriam kuno yang berasal dari Kesultanan Banten, prasasti itu merupakan candra sengkala yang menunjuk angka tahun saka 1450 (1528-1529). Cruq mengatakan, meriam itu ada hubungannya dengan meriam kuno yang disebut Ki Jimat, meriam besar yang dihadiahkan Sultan Trenggono dari Demak kepada Sunan Gunung Jati.
            Pada waktu pelabuhan Karangantu direhabilitasi oleh operasi bakti Siliwangi, Korem 064 Maulana Yusuf tahun 1967, meriam tersebut diamankan di Serang. Tetapi setelah pemugaran Mesjid Agung Banten oleh Pertamina tahun 1974, meriam itu muncul lagi di sudut alun-alun depan Mesjid Agung Banten sebelah tenggara. Untuk menghindari pemujaan yang dilakukan para peziarah, meriam itu kemudian dipindahkan ke dalam halaman museum.

  • Watu Gilang
            Watu Gilang, merupakan sebuah batu besar berwarna hitam berbentuk segi empat dengan permukaan batu datar terbuat dari batuan andesit. Batu yang terletak di sebelah timur laut alun-alun ini menurut Babad Banten dahulu digunakan sebagai tempat bertapa dan pengambilan sumpah para Sultan Banten.

  • Batu Singayaksa
            Batu yang bentuk dan jenisnya sama seperti Watu Gilang terletak di alun-alun sebelah uara. Di masa pemerintahan Kesultanan Banten digunakan untuk mengumumkan semua titah/peraturan raja oleh seorang ulama.
            Dalam Babad Banten dikatakan batu tersebut pernah berfungsi sebagai tempat bertapa Batara Guru Jampang. Karena lamanya bertapa orang tua ini sehingga burung-burung membuat sarang  di atas kepalanya.

Mesjid Kanari
            Mesjid ini terletak di Kampung Kanari lk.3 km sebelah selatan Mesjid Agung Banten. Mesjid peninggalan Sultan Abul Mufachkir Machmud Abdul Kadir Kanari (1596-1651) termasuk mesjid tua yang masih berfungsi hingga sekarang. Sultan pertama yang mendapat gelar “Sultan” dari Mekah. Beliau adalah putera Sultan Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten. Di lokasi tempat ibadah itu terdapat pula makam puteranya Sultan Ma’ali Achmad.

  • Mesjid Kasunyatan
          Letak mesjid ini di Kampung Kesunyatan, lk.3 km dari Banten Lama. Lokasi ini terkenal sebagai tempat berkumpulnya para alim ulama dari seluruh peloksok tanah air. Fungsi tempat ini dahulu semacam perguruan tinggi Islam di Banten.
            Sesuai dengna namanya tempat menyepi, mesjid ini memiliki arsitektur perpaduan antara Eropa dan Jawa. Pada puncaknya terdapat bangunan yang menyerupai sebuah genta. Kemudian terdapat sebuah kolam tempat mengambil air wudhu yang berbentuk silang yang dinamakan Pakulahan. Dan di dalam halaman mesjid terdapat makam keluarga dan kerabat raja, antara lain: Ratu Asiah, Tb.Muchydin, Tb.Suta, Syech Abdul Syukur Anem, Pangeran Aria Cuding dan Tb.Urip.
            Di dalam mesjid terdapat sebuah mimbar kuno yang berukir indah sekali dan sampai sekarang masih digunakan untuk khotbah. Seluruh bangunan masih terpelihara dengan baik dan setiap hari banyak dikunjungi para peziarah dari peloksok daerah.

  • Kelenteng Cina
            Kelenteng Cina ini letaknya berdampingan dengan Beneng Speelwijk. Berada di seberang sungai kecil yang dahulu digunakan sebagai pelabuhan. Dan di tempat ini pula pertama kali armada kapal dagang Belanda dipimpin Cornelis de Houtman tahun 1596 mendarat di Banten.
            Kelenteng ini termasuk salah satu peninggalan masa lampau yang sudah mengalami perubahan bentuk dan letak lokasinya. Semula kelenteng ini dibangun di Kampung Pacinan, tempat pemukiman bangsa Cina.
            Kelenteng ini sekarang dinamakan Vihara Avaloketesvara Banten, tempat ibadah pemeluk agama Budha. Bangunan dengan gaya arsitektur Cina penuh dengan motif hiasan naga warna merah dan kuning. Termasuk yang banyak dikunjungi peziarah dan wisatawan.
            Setahun 3 kali vihara yang terkenal di Indonesia ini melaksanakan peringatan perayaan perayaan besar yang  bnayak dikunjungi peziarah dari peloksok tanah air dan luar negeri. Antara lain peringatan yang disebut Hari Kesempurnaan Budha dan Kelahiran Dewi Kwan Im Hut Cow. Bangunan ini merupakan bukti sejarah, bahwa telah ada toleransi beragama pada masa Kesultanan Banten abad ke-XVI.

  • Makam Sultan Maulana Yusuf
          Letak makam ini sekitar 4 km di sebelah selatan Keraton Surosowan. Berada dekat pinggir jalan raya dan jalan kereta api, tetapi berada di tengah sawah. Sultan ini semasa hidupnya dikenal sebagai penyebar agama Islam yang gigih di Banten dan Jawa Barat. Untuk mengenang jasa-jasanya di bidang pertanian dengan membangun waduk dan saluran irigasi, maka beliau dimakamkan di tengah sawah. Di kompleks makam tersebut juga terdapat makam keluarganya dengan pengikutnya yang setia.

  • Makam Pangeran Astapati
            Letak makam ini dekat jalan raya di sebelah selatan Keraton Sorosowan, sekitar 5 km dari Serang. Lokasinya berada di Kampung Odel, Desa Kasemen. Menurut Babad Banten, beliau adalah salah satu pengikut setia Sultan Banten yang bernama Wira Suta. Dari keturunannya dengan memperisteri puteri Sultan memperoleh anak bernama Jayadiningrat.
            Wira Suta memiliki ilmu bela diri yang luar biasa. Pada waktu berperang dengan Lampung, setiap lawan yang terkena pegang lengannya terbakar hangus. Maka Sultan memberi gelar Pangeran Astapati.
            Dalam kompleks makam tersebut, selain makam Pangeran Astapati Parahyang Perpati Sultan yang meninggal tahun 1773 terdapat pula makam Rd.Temenggung Jayadiningrat yang meninggal 15 Juli 1890. Kemudian Rd.Hasan Jayadiningrat yang meninggal 30 Desember 1920. Rd.Adipati Sutraningrat yang meningggal 2 Juli awal 1311 H dan beberapa keturunannya.

  • Museum Banten Lama
Museum ini terletak di sebelah timur alun-alun Mesjid Agung Banten. Dibangun pada tahun 1985 oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Di dalam museum terdapat koleksi benda purbakala dari hasil ekskavasi para arkeolog yang melakukan penelitian di kompleks situs purbakala dan hasil pengumpulan dari penduduk setempat. Antara lain terdapat berbagai jenis keramik asing dan lokal, peluru, kaca, mata uang, bandul jala, barang perunggu, tulang hewan dan tulang manusia.
Kumpulan benda temuan yang di tata apik dalam vitrin tidak hanya menyajikan kumpulan benda purbakala bekas peninggalan Kerajaan Islam di Banten. Tetapi juga memamerkan temuan dari zaman sebelum Islam masuk ke Banten. Seperti benda temuan yang diperoleh dari situs Odel berupa serpihan jensi batu obsidian, kapak batu tradisi neolit, manik-manik dan pecahan tembikar. Dan temuan patung Nandi yang berasal dari Karangantu menunjukkan adanya indikasi pengaruh Hindu di Banten.
Dalam ruang perpustakaan juga dapat dijumpai 124 literatur naskah kuno yang ditemukan di Banten. Termasuk karya Syech Nawawi Al Bantani, seorang ulama besar Banten yang lahir di Tanara, Tirtayasa tahun 1813. Nawawi dikenal umat Islam di seluruh dunia melalui karya tulisnya yang lebih dari 100 kitab, termasuk tafsir Al Qur’an. Dan karya tulisnya sampai tahun 1980 masih di cetak ulang di Libanon.

            Pemugaran situs purbakala Banten Lama dilakukan sejak tahun 1976 oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Pemugaran terus dilakukan dengan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas), Pemkab Serang dan Direktorat Jenderal Pariwisata. Beberapa situs purbakala yang elah mendapat dana pemugaran, antara lain Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Mesjid Pacinan Tinggi dan Benteng Speelwijk.
            Menurut rencana proyek pemugaran Banten Lama kelak mampu memvisualisasikan kota perdagangan, pusat pemerintahan dan Bandar Banten seperti tempo doeloe. Konsultan JICA, Jepang juga pernah membantu melakukan penelitian dan pengembangan situs purbakala ini agar menjadi Taman Budaya di pusat kota atau Heritage Garden.
            Setelah lama tak ada kegiatan, tahun 2011-2012  Rencana Pemda Provinsi Banten mulai menaruh perhatian terhadap situs purbakala Banten Lama. Sumber dana dari  Kimpraswil (APBN). 

Baca lagi Artikel ini ! untuk keperluan Sejarah

Comments

Popular posts from this blog

Surat Pernyataan Selesai Pekerjaan 100%

SURAT PERNYATAAN Nomor      :  20/PWC-Str.Pernyataan/DPU-JLN/IX/2013 Yang bertanda tangan di bawah ini  :          Nama                                             :       ANDRI PRIANA. ST          Jabatan                                         :      Direktur Utama.          Nama perusahaan           ...

Peta Kabupaten Pandeglang

Informasi tentang Peta Kabupaten Pandeglang (Map Pandeglang) - Kenali wilayah Kabupaten Pandeglang dengan melihat peta Pandeglang terlebih dahulu.  sekilas info Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 o 21" - 7 o 10" Lintang Selatan dan 104 o 48" - 106 o 11" Bujur Timur. dengan memiliki luas wilayah 2.747 km2 atau sebesar 29,98% (prosen) dari luas Propinsi Banten. batas administrasi peta Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Lebak di sebelah timur, Selat Sunda di sebelah barat, Samudera Indonesia di sebelah selatan dan Kabupaten Serang di sebelah utara. Secara administratif, Kabupaten Pandeglang terdiri atas 35 kecamatan, 13 kelurahan dan 322 desa. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pandeglang yang terletak di bagian utara wilayah kabupaten oleh: Andri Priana/Pawacipta Consulindo, PT. Peta Administrasi:  Artikel terkait : Peta Banten Wisata Tanjung Lesung  Wisata Pantai Carita Wisata Caswaterpark Wisata Pulau Umang ...

MENGHITUNG BAJA RINGAN BATANGAN UNTUK PEMASANGAN

MENGHITUNG BAJA RINGAN BATANGAN UNTUK PELAKSANAAN - Seringkali kita harus menghitung kebutuhan baja ringan untuk pemasangan ketika lokasi pemasangan sangat jauh dari sumber atau toko baja ringan. berapa banyak yang diperlukan batang baja ringan kanal ataupun reng. asumsi perkiraan jumlah kebutuhan canal dan reng dapat diperkirakan dengan cara taksiran kasar (asumsi). setiap masakan tentunya berbeda beda rasanya dan sisa bahan ataupun kurang bahan serungkali kita temui, tentunya setiap ahli estimator tentunya belum bisa memperdiksi berapa sisa dan berapa kurangnya. karena semua tergantung cara pakai dan cara pasang.  ada beberapa cara menghitung suatu kebutuhan batang baja ringan tergantung dari bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan di lapangan (boros, hemat bahan). SILAHKAN ISI LUAS BANGUNAN TERBANGUN (TEMBOK KELILING) HITUNG KEBUTUHAN BAJA RINGAN BATANGAN   UNTUK PELAKSAAN PEKERJAAN PEMASANGAN BAJA RINGAN ASUMSI PERKIRAAN MENGHITUNG  BATANGAN B...