Banten dan Lampung Sama-sama Menjual Krakatau
Setelah Banten menjual Krakatau bulan Juni lalu, kini giliran Lampung menjual Krakatau bulan ini. Menurut rencana Festival Krakatau yang akan diselenggarakan tanggal 16-19 Juli nanti akan meliputi kegiatan pawai budaya, tur ke Krakatau, pameran pariwisata dan kerajinan, pagelaran tari dan lagu pop daerah. Kemudian masih banyak lagi yang akan disajikan wisatawan, seperti Fin Swimming, lomba lintas wisata alam Krakatau, lomba foto pariwisata dan rally wisata serta lomba jajanan pasar.
Melihat sederetan acara yang ditawarkan kepada calon wisatawan, tampaknya Provinsi Lampung tidak main-main dalam memperingati meletusnya Krakatau ke-121. Tetapi yang menjadi pertanyaan, kenapa peringatan meletusnya Gunung Krakatau
harus dimajukan menjadi bulan Juli? Padahal masyarakat tahu, meletusnya Gunung Krakatau bukan bulan Juni atau bulan Juli, tetapi bulan Agustus, tepatnya tanggal 27 Agustus 1883.
harus dimajukan menjadi bulan Juli? Padahal masyarakat tahu, meletusnya Gunung Krakatau bukan bulan Juni atau bulan Juli, tetapi bulan Agustus, tepatnya tanggal 27 Agustus 1883.
Dengan dimajukannya peringatan tersebut beberapa bulan, masyarakat jadi bertanya-tanya, ada apa gerangan? Bukankah perubahan yang sangat mencolok ini membuat peringatan jadi tidak bermakna?
Salah seorang wisatawan yang turut dalam Wisata Krakatau Banten 2004 tanggal 27 Juni lalu menyatakan penyesalannya peringatan tersebut dimajukan dua bulan. Kenapa tidak diselenggarakan pada bulan Agustus? Kalau tanggal 27 Agustus jatuh hari Jum’at, panitia penyelenggara bisa melakukan pengunduran waktu menjadi tanggal 28 atau 29 Agustus. Bukankah menjelang akhir bulan merupakan waktu yang tepat bagi pengusaha?
Gunung Krakatau yang meletus hebat tanggal 27 Agustus 1883 tercatat sebagai letusan gunung api terhebat di dunia. Waktu itu menewaskan 36.000 jiwa penduduk yang tinggal di sepanjang pantai Selat Sunda. Selain penduduk yang tinggal di Banten Barat yang menjadi korban, juga penduduk yang tinggal di pesisir daerah Lampung Selatan. Peristiwa yang menggemparkan dunia itu kini masih bisa disaksikan bekas-bekasnya di pantai Anyer. Antara lain berupa reruntuhan bekas menara mercu suar Anyer Kidul di sungai Cikoneng dan bongkahan karang besar seberat lk.100 ton di Wisma Telkom,
Comments