KESENIAN Budaya Banten yang dahulu tumbuh subur bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Banten, kini telah pudar. Bahkan diantaranya sudah hampir punah ditelan zaman.
Namun belakangan ini tampak mulai bangkit lagi seiring dengan berkembangnya industri pariwisata di wilayah Banten. Kesenian tradisional ini mulai dibutuhkan kehadirannya sebagai salah satu atraksi menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.Kesenian khas Banten yang paling terkenal adalah yang disebut Suatu corak permainan ketangkasan yang dahulu dipentaskan oleh para pendekar.
Kesenian ini merupakan peninggalan masa lampau abad XVI, ketika Kesultanan Banten mengalami masa jayanya. Acapkali ditampilkan sebagai wujud rasa gembira para prajurit yang tak, mempan ditembus senjata tajam. Perlengkapan permainan ini antara lain, alat semacam gada yang terbuat dari kayu yang gagangnya runcing terbuat dari besi. Sebagai instrumennya digunakan tiga buah terbang gede, bedug atau ketimpring besar yang berukuran garis tengah 75 cm dan sepasang gondang.
Cara bermainnya diawali oleh seorang syekh yang dianggap sebagai pimpinan Debus menyiapkan seperangkat sesajen. Benda-benda itu berupa 7 macam bunga warna-warni, minyak kelapa dan air jernih serta setanggi. Kemudian Syekh membacakan hadiah kepada arwah nenek moyang, para Nabi dan Syekh Almadat dengan diikuti oleh para pelaku, nayaga dan pengunjung. Selesai membaca doa lalu syekh mengusap alat-alat permainan, terutama alat gada yang ujungnya runcing. Dan air putih yang telah diberi doa-doa diberikan kepada para pemain untuk diminum.
Selesai upacara itu seluruh nayaga menyanyikan zikir, mula-mula suaranya lembut, kemudian meningkat keras dan bersemangat. Dan tak lama dua orang pemain turun ke arena mulai beraksi, menari mengikuti irama tabuhan dan nyanyian sambil membawa gada.
Sampai pada puncak acara, kedua pemain tadi saling menusuk dan memukul secara bergantian. Biasanya benda runcing itu diletakkan pada bagian tubuh yang berbahaya. Misalnya diletakkan pada bagian perut, dada, paha dan anggota tubuh lainnya.
Sebagai pertunjukkan selingan biasanya pemain lain turun ke arena mempertunjukkan kebolehannya bermain silat dengan senjata tajam.
Kesenian rakyat lainnya disebut teraje golok yang merupakan salah satu atraksi akrobatik tradisional yang mengagumkan. Permainan ini menggunakan tangga dari bambu dengan anak tangganya menggunakan golok-golok tajam sebagai pijakan.
Cara bermainnya, sebelum para pemain memanjat tangga yang terbuat dari golok-golok itu, membaca mantera terlebih dahulu. Kemudian mengusap telapak kaki dan mata golok yang akan dijadikan tempat pijakan.Setelah itu para pemain mulai naik ke atas tangga sampai ke pundaknya, lalu dari atas turun ke bawah dengan demonstrasi kepala di bagian bawah. Dan pada bagian akhir pertunjukkan bagian perut salah seorang pemain ditekankan pada bagian mata golok yang tajam. Walaupun para pemain tidak menggunakan alas kaki dan telanjang dada, tetapi sedikit pun anggota tubuh mereka tak ada yang terluka.
lagi permainan sejenis yang disebut teraje gedang ambon.Jeriis permainan ini juga termasuk akrobatik yang dikombinasikan dengan sulap. Mirip permainan teraje golok, hanya bedanya anak tangga yang digunakan tidak menggunakan golok, melainkan seluruhnya terdiri dari pisang ambon yang sudah masak. Tetapi anehnya pisang itu mampu menahan beban berat badan seorang pemain.
Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukkan demonstrasi golok dan pisau. Biasanya dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Mula-mula salah seorang menusuk-nusukan pisaunya sendiri ke bagian tubuhnya sampai mengeluarkan darah. Kemudian luka itu sembuh sendiri dengan cara mengusap bagian luka itu. Pertunjukan ini cukup mengerikan, biasanya penonton wanita menjerit-jerit histeris menyaksikannya.
Demonstrasi berikutnya, pemain itu minta kepada rekannya untuk membacokkan goloknya ke bagian tubuhnya. Tetapi tak sedikit pun anggota tubuh pemain itu yang terluka.Atraksi kelapa, termasuk salah satu kesenian daerah Banten yang memperlihatkan kehebatan seorang pemain menggunakan giginya yang kuat. Dan sekaligus pula memperlihatkanpermainan sulap mereka.
Biasanya permainan ini dimulai dengan pertunjukan ketangkasan seorang pemain memanjat pohon kelapa dekat tempat pertunjukan. Kemudian ia memetik sebutir kelapa dan membawanya dengan menggunakan giginya. Selanjutnya pemain tadi mengupas sabut kelapa dengan giginya sampai bersih.
Setelah itu kelapa tadi- dibelah bagian atasnya dengan sebilah golok. Tetapi yang keluar bukan air kelapa, melainkan bihun-bihun panjang yang bisa dimakan oleh para penonton.Pertunjukan ini bisa dilanjutkan dengan menggoreng telur di atas kepala. Caranya kelapa yang sudah dibolongi bagian atasnya, dibolongi lagi bagian bawahnya untuk dijadikan tungku.Bagian kelapa yang sudah dibolongi itu dimasukkan kain atau sabut kelapa kering yang sudah dibasahi oleh minyak tanah. Kemudian disulut api dan di atas tungku yang terbuat dari batok kelapa itu ditaruh diatas kepala seorang pemain lainnya yang duduk bersila menghadap penonton.Lalu seorang pemain berperan sebagai juru masak, menggoreng telur dengan menggunakan jari-jarinya Sebagai pengganti alat untuk membolak balik telur goreng dan Minyak goreng yang mendidih panas itu seolah-olah terasa dingin oleh si juru masak amatir.
Laes termasuk jenis permain, akrobatik berbahaya. Permain, ini memerlukan pohon yang tinggi atau sebuah menara sebagai alat bantu merentangkan tambar besar yang akan digunakan sebagai sarana meluncur.
Parapemain yang telah dibekali kemampuan meluncur dari ketinggian 40-50 meter itu, bisa meluncur dengan kecepatan tinggi dengan kepala di bawah tanpa alat bantu keselamatan. Kecuali alas tubuh yang terbuat dari karung goni atau kulit tebal.
Untuk menarik perhatian penonton biasanya para pemain meluncur dengan membawa obor dikedua tangannya, sehingga tampak bagaikan orang yang sedang terbang. Pertunjukan ini lebih menarik lagi bila menjelang malam hari tenggelam.
Bila salah seorang mengalami musibah, jatuh dari atas rentangan tambang, maka tugas pawang sebagai pimpinan pertunjukan menyembuhkan. Caranya hanya dengan membasuh kedua telapak tangan pawang tadi kebagian kepala pemain. Lalu siuman kembali dan sembuh.
Kesenian khas Banten lainnya yang tidak kalah menarik adala Saman, Angklung Baduy, Pating tung, Catcle, Ubruk, Beluk. Wawacan danSemua jenis kesenian ini masih dapat disaksikan dipedalaman daerah Banten pada waktu hajat atau perayaan besar. Tetapi di sudah jarang dipentaskan, kecuali kunjungan tamu, pejabat penting dan wisatawan asing.
Tips Seputar Info Harga Bangunan
Comments