Di situs purbakala Banten Girang
Penduduk menemukan perhiasan emas
Lokasi peninggalan purbakala Banten Girang yang terletak di Kampung Tirtalaya, Kelurahan Serang sejak lama dihuni penduduk. Di antara penduduk yang hidup dari hasil pertanian dan membuat bata merah pernah menemukan perhiasan dari emas. Mereka menemukan harta karun dari hasil penggalian tanah di sekitar kebun untuk bahan baku membuat bata. Sementara penduduk yang lain bercerita menemukan logam mulia setelah turun hujan. Biasanya di areal lahan yang akan ditanami padi setelah diwaluku kemudian turun hujan, penduduk menemukan benda-benda peninggalan purbakala.
Menurut keterangan penduduk setempat yang pernah mendapatkan barang berharga berupa perhiasan terbuat dari emas adalah Ki Rasa, ayah Haji Salim, pemilik tanah di Kampung Tirtalaya. Lokasi itu dahulu pernah dijadikan penggalian bekas parit kuno pada tahun 1989. Kemudian disebut-sebut pula Ki Kadir, mantan kuncen di makam keramat Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju di Banten Girang.
Ketika tim ekskavasi arkeolog Perancis dan Indonesia melakukan
penelitian di situs Banten Girang juga banyak ditemukan benda-benda yang terbuat dari logam. Menurut catatan Claude Guillot, arkeolog Perancis, hanya dua benda dari emas ditemukan dalam penggalian di situs tersebut. Yang pertama berupa potongan perhiasan emas berukuran sangat kecil dengan berat 0,5 mg, hingga tak mungkin bisa diindentifikasi.
penelitian di situs Banten Girang juga banyak ditemukan benda-benda yang terbuat dari logam. Menurut catatan Claude Guillot, arkeolog Perancis, hanya dua benda dari emas ditemukan dalam penggalian di situs tersebut. Yang pertama berupa potongan perhiasan emas berukuran sangat kecil dengan berat 0,5 mg, hingga tak mungkin bisa diindentifikasi.
Sedangkan yang kedua jauh lebih menarik, yaitu bagian dari perhiasan berukuran 6 x 12 mm berupa cakar burung dan vajra bermata empat yang memegang sebuah batu kwarsa bundar yang dilubangi. Perhiasan ini dibuat dengan teknik tuang a la cire purdue. Menurut Guillot, dari contoh-contoh lain, jelas perhiasan ini semestinya terpasang di atas sebuah cincin yang sekarang sudah hilang, katanya.
Kemudian dijelaskan pula, jenis perhiasan seperti ini pada masa itu sangat populer, biasanya dinamakan cincin burung, meski sebenarnya berupa anting-anting. Menurut arkeolog itu diperkirakan hiasan seperti itu dibuat di Jawa Tengah pada masa Hindu sekitar abad VIII – X.
Di lokasi situs purbakala Banten Girang juga ditemukan sebuah cincin perunggu dengan batu mulia warna pirus dengan bekas-bekas lapisan emas. Penduduk yang tinggal di Banten Girang rupanya lebih beruntung ketimbang arkeolog yang melakukan penggalian di sana. Penduduk setempat bercerita, benda-benda logam yang terbuat dari emas sering ditemukan di sana. Sayangnya benda-benda warisan budaya masa lampau itu kini sudah dijual hingga jejak-jejaknya tak ada lagi, tulis Gulliot dalam laporannya.
Belum diketahui pada masa itu apakah penduduk setempat sudah pandai membuat perhiasan dari logam mulia. Tetapi dari hasil temuan berupa sebuah kui kecil terbuat dari tanah liat dengan sepotong boraks, mungkin saja dipakai oleh seorang perajin emas. Sayangnya pada benda temuan itu tidak ditemukan bekas emas sedikitpun, tulis Gulliot.
Disimpan dalam vitrin
Sebagian benda-benda temuan yang berasal dari situs purbakala Banten Girang disimpan di bangunan makam Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju. Sebuah ruangan yang cukup luas di bagian depan makam keramat itu dijadikan semacam site museum. Dari 5 buah vitrin kaca pengunjung bisa melihat-lihat berbagai jenis barang kuno yang memiliki nilai tinggi. Antara lain berupa benda-benda terbuat dari tembikar untuk memintal benang, puncak bangunan momolo, berbagai macam uang logam, berasal dari Ching, Ming, Sung, Tang dan Banten.
Di sana juga terdapat kapak batu, batu asahan, fosil muluska, kupingan gerabah, golok, artefak batu, keramik lokal, keramik asing, seperti Tang (abad VII-VIII), keramik Yuan (XIII-XIV), Jepang, Thailand, Siam, Annam, Vietnam (XVII-XVIII) dan beberapa naskah Al-Qur’an tulisan tangan.
Siapa sebenarnya raja yang memerintah di kerajaan itu? Sampai sekarang situs Banten Girang masih menjadi PR arkeolog dan sejarawan. Mereka belum berhasil menemukan bukti-bukti otentik dan benda temuan yang memperjelas nenek moyang orang Banten yang pernah berkuasa di situs purbakala itu
Comments